ANGGARAN PERUSAHAAN
2.1 Anggaran
2.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran atau yang lebih sering disebut
sebagai budget ini, mempunyai
definisi yang beraneka ragam. Namun apabila dicermati dengan lebih teliti
masing-masing definisi tersebut akan mempunyai pengertian yang sama atau hampir
sama, perbedaan yang pada umumnya berkisar pada titik berat anggaran tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai anggaran, penulis akan
menguraikan pengertian anggaran menurut beberapa ahli akuntansi adalah sebagai
berikut :
”Anggaran adalah
suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang
telah disahkan. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang untuk jangka waktu tertentu”.
(2004 : 10)
Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri dalam
bukunya
”Anggaran Perusahaan” menyatakan
”Anggaran
adalah suatu pendekatan formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam
perencanaan, koordinasi dan pengawasan”.
(2003
: 6)
Menurut Ellen Cristina dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” menyatakan
”Anggaran merupakan sutu
rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam
unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu
(periode) tertentu di masa yang akan datang”.
(2002 : 1)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa anggaran adalah sebagai berikut :
1. Anggaran bersifat formal, artinya anggaran
disusun secara sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tetulis.
2. Anggaran harus bersifat sistematis,
artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan suatu logika.
3. Anggaran sebagai satuan yang digunakan
dalam anggaran perusahaan pada umumnya adalah satuan moneter.
4. Anggaran merupakan suatu rencana kerja.
2.1.2 Fungsi Anggaran
Perusahaan
yang cenderung memandang ke depan akan selalu memikirkan apa yang mungkin
dilakukan pada masa yang akan datang sehingga dalam pelaksanaannya
perusahaan-perusahaan ini tinggal berpegang pada rencana yang telah disusun
sebelumnya. Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk
membantu manajemen dalam pelaksanaan,
fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan
perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut
Mulyadi dalam bukunya ”Akuntansi
Manajemen” fungsi anggaran adalah :
”1. Anggaran merupakan hasil akhir
proses penyusunan rencana kerja.
2.
Anggaran merupakan cetakan biru aktivitas
yang akan dilaksanakan perusahaan di
masa yang akan datang.
3.
Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi
intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang
menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas.
4.
Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur yang
dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.
5.
Anggaran berfungsi sebagai alat
pengendalian yang memungkinkan
6.
manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah
bagi perusahaan.
7.
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk
mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak
secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
organisasi.”
(2001 :
502)
Sesuai dengan fungsinya anggaran merupakan alat
perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan
gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.
Menurut Ellen Cristina (2002 :
2) dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” fungsi
anggaran adalah :
”1. Adanya perencanaan
terpadu
2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
perusahaan
3. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
4. Sebagai alat pengawasan kerja
5. Sebagai alat evaluasi kegiatan
perencanaan.”
Sebagai alat perencanaan
terpadu, anggaran perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan
rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai
kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan
suatu alat manajemen yang dapat digunakan baik untuk keperluan perencanaan
maupun pengendalian.
Sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan perusahaan, anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi
manajemen puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik
akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik
tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas
dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan
perusahaan untuk mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan melakukan
penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik.
Sebagai alat pengkoordinasian
kerja, penganggaran dapat
memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan
ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan. Oleh karenanya seistem anggaran
memungkinkan para manajer divisi untuk melihat hubungan antar bagian (divisi)
secara keseluruhan.
Sebagai alat pengawasan kerja, anggaran memerlukan serangkaian
standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya
sehingga pelaksanaannya setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam
menentukan standar acuan, diperlukan pemahaman yang realistis dan analisis yang
saksama terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penentuan
standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan dapat menimbulkan
lebih banyak masalah daripada manfaat. Hal ini mengingat standar dalam anggaran
yang ditatapkan secara sembarangan tersebut mungkin merupakan target yang
mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi atau terlalu rendah. Standar yang
ditatapkan terlalu tinggi akan menimbulakn frustasi atau ketidakpuasan.
Sebaliknya penetapan standar yang terlalu rendah akan menjadikan biaya menjadi
tidak terkendalikan, menurunkan laba dan semangat kerja.
Sebagai alat evaluasi kegiatan
perusahaan, anggaran yang disusun
dengan baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi
perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus
ditempuh agar pekerjaan bisa
diselesaikan dengan cara yang baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya
perusahaan yang dianggap paling menguntungkan. Terhadap penyimpangan yang
mungkin terjadi dalam operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat
menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.
2.1.3 Tujuan Penyusunan Anggaran
Seperti
yang telah diuraikan sebelumnya ada beberapa tujuan penyusunan angaran, menurut
Ellen Cristina dalam bukunya ”Anggaran
Perusahaan” tujuan penyusunan anggaran adalah :
”1. Untuk menyatakan harapan/sasaran
perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari kerancuan dan
memnerikan arah terhadap apa yang hendak akan dicapai manajemen.
2. Untuk mengkomunikasikan harapan
manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan
dilaksanakan.
3.
Untuk menyediakan rencana terinci mengenai
aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan
yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
4.
Untuk mengkoordinasi cara/metode yang akan
ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.
5.
Untuk menyediakan alat pengukur dan
mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang
mendasari perlu-tidaknya tindakan koreksi.”
(2002 : 4)
Seperti yang telah diuraikan di atas anggaran
adalah suatu rencana kegiatan yang dinyatakan secara kuantitatif, biasanya
dalam satuan uang, berjangka waktu tertentu. Tujuan penyusunan anggaran pada
dasarnya merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan
program atau bagian dari program tersebut yaitu untuk mencari laba.
2.1.4 Karateristik Anggaran
Anggaran
yang baik memiliki karateristik tertentu. Karateristik anggaran yang dinyatakan
oleh Anthony Deanden dan Bedford yang diterjemahkan oleh Agus Maulana dalam
bukunya ”Akuntansi Manajemen” menyatakan
”1. Dinyatakan dalam satuan
keuangan (moneter), walaupun angkanya berasal dari angka yang bukan satuan
keuangan.
2.
Mencakup kurun waktu satu tahun.
3.
Isinya menyangkut komitmen manajemen,
yaitu manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang
telah dianggarkan.
4.
Usulan anggaran dinilai dan disetujui oleh
orang yang mempunyai wewenang lebih tinggi dari pada yang menyusunnya.
5.
Jika anggaran sudah disahkan, maka
anggaran tersebut tidak dapat dirubah kecuali dalam hal khusus.
6.
Hasil aktual akan dibandingkan dengan
anggaran secara periode dan varian yang akan terjadi dianalisis dan dijelaskan.”
(2001 : 489)
Sedangkan
menurut Anthony dan Vijay Govindajaran dalam bukunya ”Manajemen Control System”
menyatakan
”1. Anggaran adalah estimasi
potensi keuntungan dari unit bisnis.
2.
Anggaran berdasarkan pada laporan keuangan
meliputi keaadaan keuangan yang diperbaharuinya.
3.
Anggaran meliputi satu periode umum dalam
satu tahun.
4.
Anggaran bentuk komitmen manajemn ,
manajer setuu untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan tujuan
penganggaran.
5.
Laporan anggaran adalah peninjauan dan
pembuktian terhadap tingkat kemenangan dari penganggaran.”
(2001 : 215)
Kesimpulan dari beberapa ahli bahwa karateristik anggaran
adalah sebagai berikut:
- Anggaran dinyatakan dalam satuan uang.
- Anggaran merupakan estimasi potensi keuntungan dari unit bisnis.
- Mencakup kurun waktu periode satu tahun.
- Anggaran bentuk komitmen manajemen, manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan tujuan penganggaran.
- Hasil aktual akan dibandingkan dengan anggaran secara periode dan varian yang akan terjadi dianalisis dan dijelaskan.
2.1.5 Prosedur penyusunan anggaran
Pada
dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penyusunan anggaran serta
pelaksanaan kegiatan penganggaran lainnya ada di tangan pimpinan tertinggi
perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaan yang paling
berwenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan secara
keseluruhan.
Menurut M. Munandar dalam
bukunya ”Budgeting”, adapun siapa dan bagian apa yang diserahi tugas
mempersiapkan dan menyusun anggaran tersebut sangan bergantung pada struktur
organisasi dari masing-masing perusahaan, akan tetapi apada garis besarnya
tugas mempersiapkan dan menyusun anggaran ini dapat didelegasikan kepada :
”1. Bagian Administrasi
2. Panitia Anggaran.”
(2000 : 17)
Bagian administrasi, hal ini
dilakukan pada perusahaan-perusahaan kecil, karena kegiatan-kegiatan perusahaan
tidak tetlalu kompleks sedangkan dengan ruang lingkup yang terbatas sehingga
penyusunan anggaran dapat diserahkan
kepada salah satu bagian saja dari perusahaan yang bersamgkutan dan tidak perlu
melibatkan secara efektif seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
Panitia anggaran, hal ini
dilakukan pada perusahaan yang besar, karena kegiatan-kegiatan perusahaan yang
cukup kompleks dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga bagian
administrasi untuk menjamin dan tidak mampu lg menyusun anggaran sendiri tanpa
partisipasi secara aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan yang sudah duduk
dalam panitia anggaran. Tim penyusunan anggaran ini diketahui oleh seorang
pimpinan perusahaan dengan anggota-anggota yang mewakili bagian pemasaran,
bagian produksi, bagian pembelanjaan serta bagian personalia. Di dalam panitia
anggaran inilah diadakan pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan
datang sehingga anggaran yang tersusun nanti merupakan hasil kesepakatan
bersama sesuai dengan kondisi, fasilitas, serta kemampuan masing-masing bagian
secara terpadu. Kesepakatan bersama ini sangat penting agar dalam
pelaksanaannya benar-benar disukung oleh seluruh bagian yang ada dalam
perusahaan, sehingga memudahkan terciptanya kerja sama yang saling menunjang
dan terkoordinasi dengan baik.
Prosedur penyusunan anggaran biasa digunakan ada
dua macam yaitu :
1. Top
Down Budgeting
Prosedur penyusunan oleh
pimpinan tertinggi perusahaan keuntungannya adalah waktu penyusunan singkat dan
terkoordinasinya anggaran antar bagian. Kelemahannya adalah tidak memperhitungkan
kebutuhan tiap-tiap bagian dengan tepat karena semuanya merupakan keputusan
sepihak dari top manajemen.
2. Bottom
Up Budgeting
Penyusunan anggaran yang
disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut keuntungannya
adalah bahwa penyusun anggaran adalah bagian-bagian yang benar-benar
membutuhkan dana atau yang akan memberi penghasilan sehingga tingkat
keakuratannya sangat tinggi. Kelemahannya adalah waktu penyusunan yang lama dan
kurangnya koordinasi antar bagian.
2.1.6 Penggolongan Anggaran
Sebagai alat bantu manajemen, anggaran mempunyai
ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu perlu diketahui penggolongan anggaran
yang benar agar tidak menimbulkan kekacauan di dalam memisahkan masing-masing
anggaran yang ada di dalam perusahaan. Menurut Ellen Cristina dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” menyatakan
Ditinjau
dari berbagai macam anggaran yang ada di dalam perusahaan, anggaran dibagi
menjadi :
”1. Anggaran penjualan
2. Anggaran produksi
3. Anggaran persedian.”
Anggaran penjualan, biasanya
ramalan penjualan merupakan titik tolak dalam penyiapan anggaran berdasarkan
taksiran yang diterima dari manajer penjualan mengenai banyaknya unit dan harga
jual per unit yang diharapkan.
Anggaran produksi, menetapkan
kuantitas barang jadi yang harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
penjualan dan persediaan.
Anggaran persediaan,
diperlukan untuk menghitung investasi dalam persediaan, yang diperlukan
anggaran persediaan yaitu : bahan baku, bahan pelengkap dan barang dalam
pengolahan.
Ditinjau dari segi fleksibilitanya
anggaran dibedakan menjadi :
”1. Anggaran tetap (Fixed Budget)
2. Anggaran kontinyu (Continuous Budget).”
Anggaran tetap (Fixed Budget), Yaitu anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dengan
volume yang sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut disusun rencana
mengenai revenue, cost, dan expenses.
Anggaran kontinyu (Continuous Budget), Yaitu anggaran yang
disusun untuk periode waktu tertentu, dengan volume tertentu dan berdasarkan
volume tersebut diperkirakan besarnya revenue,
cost, dan expenses namun secara
periodik dilakukan penilaian kembali.
Ditinjau dari segi waktu,
anggaran dibedakan menjadi :
”1. Anggaran jangka pendek (1 tahun)
2. Anggaran jangka panjang (lebih dari satu tahun).”
Ditinjau dari segi ruang
lingkup/intensitas penyusunannya anggaran dibedakan menjadi :
”1. Anggaran parsial
2. Anggaran komprehensif.”
Anggaran parsial, yaitu
anggaran yang ruang lingkupnya terbatas, misalnya anggaran untuk bidang
produksi atau bidang keuangan saja.
Aggaran komprehensif, yaitu anggaran
dengan ruang lingkup menyeluruh, karena jenis kegiatannya meliputi seluruh
aktivitas perusahaan di bidang marketing, produksi, keuangan, personalia dan
administrasi.
Komponen anggaran komprehensif
adalah sebagai berikut :
- Substantive Plan, merupakan rencana yang mencerminkan materi-materi yang ingin dcapai perusahaan secara formal baik yang dinyatakan secara umum maupun secara khusus. Substantive Plan merupakan strategi yang dipakai perusahaan yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dipegang oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori Substantive Plan adalah :
1. Tujuan umum perusahaan
2. Tujuan khusus perusahaan
3. Strategi perusahaan
4. Instruksi rencana manajer eksekutif.
- Financial Plan, adalah jabaran dari semua materi yang dituangkan dalam substantive plan ke dalam suatu anggaran yang berdimensi keuangan (financial) dalam jangka waktu atau periode waktu tertentu. Financial Plan mengkuantifisir tujuan, rencana dan kebijaksanaan perusahaan secara lebih rinci. Berdasarkan jangka waktunya, Financial Plan dibagi menjadi :
1. Anggaran jangka panjang (strategic plan) meliputi proyeksi
penjualan, kas dan permodalannya, kebutuhan kerja.
2. dan anggaran tahunan (tactical plan) terdiri dari anggaran operasional dan anggaran
financial.
Anggaran komprehensif secara
garis besar terdiri dari :
1. Forcasting
Budget, yaitu anggaran
yang berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka
waktu tertentu dan taksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi financial perusahaan pada suatu saat
tertentu di masa yang akan datang.
2. Variable
Budget, yaitu anggaran
yang berisi tentang tingkat perubahan biaya atau tiangkat variabilitas biaya,
khususnya biaya-biaya yang termasuk kelompok biaya semi variabel sehubungan
dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.
3. Analisis Statistika dan Matematika, yaitu
analisis yang digunakan untuk membuat taksiran-taksiran serta untuk mengadakan
penelitian dalam rangka mengadakan pengawasan kerja. Semua analisis tersebut
perlu dilampirkan dalam anggaran yang disusun.
4. Laporan Anggaran, yaitu laporan realisasi
pelaksanaan anggaran yang dilangkapi dengan berbagai analisis perbandingan
antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat diketahui bila ada penyimpangan
yang terjadi dan dapat diambil kesimpulan serta tindak lanjutnya.
2.1.7 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran
Terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik, yaitu :
1. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana
tertentu dapat diproyeksikan sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Bagi
manajemen, hasil proyeksi ini menciptakan peluang untuk memilih rencana yang
paling menguntungkan untuk dilaksanakan.
2. Dalam penyusunan anggaran, diperlukan
analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan. Analisis
ini sangat bermanfaat bagi manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak
melanjutkan keputusan tersebut.
3. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja
sehingga dapat dijadikan pedoman untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang
diperoleh.
4. Anggaran memerlukan adanya dukungan
organisasi yang baik sehingga setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan,
dan kewajibannya. Anggaran sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola
kerja karyawan dalam melakukan suatu kegiatan.
5. Mengingat setiap manajer dan/atau penyelia
dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka memungkinkan terciptanya perasaan
ikut berperan serta.
Disamping beberapa keunggulan
tersebut di atas, terdapat pula beberapa kelemahan antara lain :
1. Dalam menyusun anggaran, penaksiran yang
dipakai belum tentu tepat dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Sering kali keadaan yang digunakan sebagai
dasar penyusunan anggaran mengalami perkembangan yang jauh berbeda daripada
yang direncanakan. Hal ini berarti diperlukan pemikiran untuk penyesuaian.
Kemungkinan ini menghendaki agar anggaran disesuaikan secara berkesinambungan
dengan kondisi yang berubah-ubah agar data dan informasi yang diperoleh akurat.
3. Karena penyusunan anggaran melibatkan
banyak pihak, maka secara potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan
kerja yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran.
4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari
penialaian subyektif pembuat kebijakan (decision
maker) terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap/cukup.
2.2 Penjualan
2.2.1 Pengertian Penjualan
Penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan
perusahaan, semakin besar aktivitas penjualan di suatu perusahaan, maka akan
semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Tujuan
perusahaan adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan dapat diperoleh apabila
perusahaan menjual barang atau jasa dengan harga lebih tinggi dari harga
pokoknya.
Menurut
JB. Hackert yang diterjemahkan oleh Gunawan Hutauruk dalam bukunya ”Contollership
: Tugas Akuntan Manajemen”
menyatakan
”Penjualan adalah merupakan suatu persetujuan yang dinamis, disertai dengan
kondisi yang selalu berubah-ubah sehingga selaras terjadi masalah yang baru dan
berbeda.”
(2000 : 4)
Menurut Philip Kotler yang
diterjemahkan oleh Rony A Rusli dan Hendra dalam bukunya ”Manajemen Pemasaran” menyatakan
”Penjualan adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan, menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai.”
(2000 : 8)
Dapat disimpulkan penjualan
adalah adanya suatu kesepakatan diantara dua belah pihak yaitu seorang pembeli
dan penjual dari suatu kegiatan transaksi penjualan atas barang dan jasa,
dimana seorang penjual melakukan aktivitas usaha muali dari perencanaan,
menentukan harga, mempromosikan hingga mendistribusikan barang atau jasa yang
ditawarkannya dengan maksud akan dapat memuaskan kebutuhan pembeli dengan suatu
harapan mendapat suatu imbalan berupa sejumlah uang.
2.2.2 Kegiatan Penjualan
Kegiatan penjualan memperlihatkan berbagai
kegiatan sejak timbulnya pesanan penjualan sampai dengan penerimaan termasuk
kegiatan pencatatan pesanan (order) yang di terima.
Menurut
La Midjan dalam bukunya ”Sistem
Informasi Akuntansi” kegiatan penjualan meliputi :
”1.Mencari pesanan sesuai rencana dengan tingkat penjualan menguntungkan.
2.Mencatat pesanan-pesanan (order)
yang diterima.
3.Mengeluarkan dokumen perintah, mengeluarkan barang (delivery order) dan mengawasi pengiriman.
4.Mencatat akibat-akibat materil dan finansial dari aktivitas penjualan.
5.Membuat faktur penjualan.”
6.Menyusun data statistik penjualan.
7.Menyusun laporan penjualan.”
(2001 :117)
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan penjualan adalah sebuah proses
untuk mempengaruhi orang lain yang dilakukan oleh penjual mulai dari mencari
pesanan sampai menyusun laporan penjualan.
2.2.3 Klasifikasi Transaksi Penjualan
Ada beberapa klasifikasi penjualan, Menurut La Midjan dalam bukunya ”Sistem Akuntansi I” menyatakan ada
beberapa klasifikasi transaksi penjualan yaitu :
”1.Penjualan secara tunai yaitu penjualan yang bersifat cash and carry pada umumnya terjadi
secara kontan. Dapat pula terjadi pembayaran secara satu bulan dianggap kontan.
2.Penjualan secara kredit yaitu
penjualan dengan tenggang waktu rata-rata di atas satu bulan.
3.Penjualan secara tender yaitu
penjualan yang dilaksanakan melalui persetujuan tender untuk memenuhi berbagai
prosedur yaitu pemenuhan dokumen tender
berupa jaminan tender (Bidbond) juga
harus dapat bersaing dengan pihak yang lainnya.
4.Penjualan ekspor yaitu penjualan
yang dilaksanakan dengan pihak pembeli yang mengimpor barang dari suatu badan
usaha dalam negeri.
5.Penjualan secara konsinyasi yaitu
penjualan barang secara titipan kepada pembeli sebagai penjual. Apabila barang
tersebut tidak lalu maka kan dikembalikan kepada penjual.
6.Penjualan melalui grosir yaitu
penjualan yang tidak langsung kepada pembeli tetapi melalui pedagang. Grosir
berfungsi menjadi perantara antara pihak pabrik atau importer dengan pedagang
atau toko eceran.”
(2001 :
174)
Dari uraian diatas klasifikasi penjualan ini
bertujuan untuk membedakan kegiatan penjualan yang pada dasarnya mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba namun dengan cara yang berbeda.
2.3 Anggaran Penjualan
2.3.1 Pengertian Anggaran Penjualan
Dalam
penyusunan anggaran operasional perusahaan, biasanya kegiatan pertama yang
harus dilakukan adalah membuat anggaran penjualan.
Menurut Gunawan Adisaputro dan
Marwan Asri dalam bukunya ”Anggaran
Perusahaan” menyatakan
”Anggaran
penjualan merupakan dasar dilakukannya aktivitas-aktivitas yang pada umumnya
anggaran penjualan disusun paling dahulu dari anggaran lainnya.”
(2003 :
121)
Menurut Niswonger, at, al dalam bukunya ”Prinsip-prinsip Akuntansi” menyatakan
”Anggaran
penjualan (Sales Budget) menunjukan untuk
setiap produk kuantitas penjualan yang diestimasi dan harga jual per unit yang
diharapkan.”
(2000 : 278)
Dari
pendapat di atas, terlihat adanya kesamaan. Anggaran penjualan disusun terlebih
dahulu karena anggaran lain tergantung pada anggaran penjualan. Hal ini
disebabkan karena hasil dari penjualan menjadi hal yang paling penting dalam
menjalankan aktivitas-aktivitas perusahaan.
2.3.2 Tujuan dan Kegunaan Anggaran Penjualan
Tujuan penyusunan anggaran penjualan adalah untuk
merencanakan setepat mungkin tingkat penjualan pada periode yang akan datang
dengan memperhatikan data yang merupakan pencerminan kejadian perusahaan yang
dialami pada masa lalu, khususnya di bidang penjualan.
Anggaran
penjualan merupakan bagian dari anggaran secara umum, anggaran penjualan
mempunyai tiga kegunaan pokok menurut M. Munandar dalam bukunya ”Budgeting”
yaitu :
”1.Sebagai pedoman kerja
2.Sebagai alat pengkoordinasian kerja
3.Sebagai pengawasan kerja yang
membantu manajemen dalam memimpin jalannya perusahaan.
Sedangkan secara khusus anggaran penjualan berguna sebagai dasar penyusunan
semua anggaran bagi perusahaan, untuk menghadapi persaingan pasar. Karena itu
anggaran penjualan harus disusun paling awal dari semua anggaran lain di
perusahaan.”
(2000 : 50)
Anggaran penjualan pada dasarnya merupakan alat
bantu manajemen yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan dasi semua
anggaran yang ada pada perusahaan.
2.3.3 Konsep Anggaran Penjualan
Penyusunan konsep anggaran penjualan dapat
dikatakan mencakup segala kegiatan di bidang penjualan. Komponen-komponen
konsep anggaran penjualan menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2003 :
122) dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan”
sebagai berikut :
”1.Dasar-dasar penyusunan
anggaran :
a.
Menyusun tujuan perusahaan
b.
Menyusun strategi perusahaan
c.
Menyusun forecast penjualan
2. Menyusun anggaran penjualan
a.
Anggaran promosi dan advertensi
b.
Anggaran biaya-biaya penjualan
c.
Rencana pemasaran.”
(2003 : 122)
Dengan pengertian bahwa perencanaan dan
pengendalian atas penjualan dapat dilakukan, maka semua kegiatan tersebut
disusun rencananya secara terperinci. Dasar-dasar penyusunan anggaran digunakan
sebagai pegangan pokok.
2.3.4 Mekanisme Penyusunan Anggaran Penjualan
Dalam menyusun anggaran penjualan ada langkah-langkah yang perlu dilakukan menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri
meliputi :
”1. Penentuan dasar-dasar
anggaran :
a.
Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan
b.
Penentuan tujuan umum dan khusus yang
diinginkan
c.
Penentuan strategi pemasaran yang dipakai
2.
Penyusunan Rencana Penjualan :
a.
Analisis ekonomi, dengan mengadakan
proyeksi terhadap aspek-aspek makro seperti : moneter, kependudukan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan teknologi.
b.
Melakukan analisa industri yang dilakukan
untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap produk sejenis yang di hasilkan
oleh industri.
c.
Melakukan analisa prestasi penjualan yang
lalu yang dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masa lalu.
d.
Analisa penentuan prestasi penjualan yang
akan datang, dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai target
penjualan di masa depan, dengan memperhatikan faktor- faktor produksi seperti :
bahan mentah, tenaga kerja, kapasitas produksi dan keadaan permodalan.
e.
Menyusun forecast penjualan, yaitu untuk meramalkan jumlah penjualan yang
diharapkan dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa yang lalu.
f.
Menentukan jumlah penjualan yang
dianggarkan.
g.
Menghitung rugi/laba yang mungkin diperoleh.
h.
Mengkomunikasikan
rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak lain yang berkepentingan.”
(2003 :
127)
Semua langkah-langkah di atas bertujuan untuk
memudahkan manajemen dalam menyusun anggaran penjualan.
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Anggaran Penjualan
Pada anggaran penjualan agar realistis perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi anggaran penjualan. Menurut
Ellen Cristina faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
”1. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan,
antara lain :
- Penjualan tahun-tahun yang lalu.
- Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan.
- Kapasitas produksi dan kemungkinan perluasannya.
- Tenaga kerja yang dimiliki.
- Modal yang tersedia.
- Fasilitas-fasilitas lainnya.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang
berasal dari luar perusahaan.
- Keadaan persaingan di pasar.
- Posisi perusahaan dalam persaingan.
- Tingkat pertumbuhan penduduk.
- Tingkat penghasilan masyarakat.
- Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan perusahaan.
- Agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.
- Kebijaksanaan pemerintah.
- Keadaan perekonomian nasional/internasional.
- Kemajuan teknologi, barang substitusi dan selera konsumen.”
(2002 : 34)
Dengan
memperhatikan faktor-faktor di atas perusahaan harus jeli di dalam merencanakan
dan mengendalikan penjualannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
baik.
2.4 Efektivitas
2.4.1 Pengertian Efektivitas
Salah
satu unsur penting untuk manajer adalah mengukur pelaksanaan untuk mencapai
tujuan organisasi akan perusahaan. Pengukuran pelaksanaan tersebut dalam
manajemen kita kenal dengan pengukuran efektivitas. Oleh karena itu, konsep
tersebut harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya dengan tujuan untuk
menyelesaikan kondisi yang ada dalam perusahaan.
Menurut
Anthony dalam bukunya ”Sistem Informasi”
menyatakan
”Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab
dan sasaran yang harus dicapainya.”
(2001 :
203)
Menurut Arrens and Loebbecke dalam bukunya ”Auditing Pendekatan Terpadu”
menyatakan
”Efektivitas
adalah menilai apakah suatu lembaga atau organisasi telah memenuhi tujuan yang
ditetapkan dalam mencapai standar kelayakan yang mengacu kepada pencapaian
suatu tujuan.”
(2002 :
817)
Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu berhubungan dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Dimana suatu perusahaan dapat diartikan telah
dioperasikan secara efektif apabila perusahaan tersebut dapat mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2.4.2 Kriteria Efektivitas
Ada beberapa kriteria efektivitas yang harus
diketahui, menurut Arrens dan
Loebbecke dalam bukunya ”Auditing
Pendekatan Terpadu” menyatakan
”1. Kinerja historis
2.Kinerja yang dapat diperbandingkan
3.Standar rekayasa
4.Diskusi dan kesepakatan.”
(2002 : 771)
2.5 Pengendalian
2.5.1 Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan kebijaksanaan, prosedur dan
praktik yang diterapkan oleh manajemen untuk mengelola perusahaan dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien, mencakup koreksi atas
kekurangan, kelemahan dan penyimpangan yang ada serta penyesuaian operasi agar
sesuai dengan sasaran untuk membandingkan hasil dengan rencana. Hasil
pengendalian sangat penting dalam pencapaian sasaran.
Menurut
R. N. Anthony, J. Dearden, dan N. Bedford dalam bukunya
” Sistem Pengendalian Manajemen” menyatakan
”Pengendalian
adalah proses untuk memotivasi dan memberi semangat orang-orang yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai tujuan organisasi.”
(2000
: 19)
Menurut Harold Koontz dalam
bukunya ”Manajemen Dasar, Pengertian dan
Masalah” menyatakan
”Pengendalian
adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat
terselenggara.”
(2001 :
245)
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulakn bahwa pengendalian dapat
diartikan secara umum sebagai upaya yang dilakukan manajemen supaya pelaksanaan
tidak menyimpang dari rencana. Selain itu juga memberi semangat kepada karyawan
untuk melaksanakan kegiatan agar mencapai tujuan yang ditentukan.
2.5.2 Jenis-Jenis Pengendalian
Pengendalian merupakan proses mengevaluasi
pelaksanaan nyata setiap komponen organisasi dan melaksanakan tindakan koreksi
untuk itu perlu mengklasifikasikan pengendalian tersebut. Menurut Welsch, dkk dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” jenis-jenis pengendalian adalah sebagai
berikut :
”1. Pengendalian awal
Dipergunakan sebelum kegiatan atau tindakan dilaksanakan untuk menjamin
bahwa sumber daya manusia dan dahan baku telah dipersiapkan dan perusahaan
telah siap untuk melaksanakan kegiatan.
2. Pengendalian berjalan
(biasanya dalam bentuk laporan kinerja berkala)
Pemantauan (dengan menggunakan observasi personal dan laporan-laporan)
terhadap aktivitas berjalan untuk menjamin bahwa tujuan dapat dicapai dan
kebijakan serta prosedur telah ditetapkan dengan benar.
3. Pengendalian umpan balik
Tindakan pasca operasi memfokuskan pada hasil periode sebelumnya untuk menghasilkan
aktivitas di masa yang akan datang.”
(2000 : 18)
2.5.3 Prosedur Pengendalian
Pengendalian berhubungsn dengsn pengukursn
efisiensi dan efektivitas dalam menggerakan bahan dan tenaga kerja serta sumber
keuangan terhadap suatu tujuan. Kegiatan ini meliputi perbandingan dengan
berbagai jenis standar kualitas, waktu, maupun nilai. Kegiatan tersebut
meliputi pengambilan tindakan yang perlu bilamana terjadi kondisi-kondisi yang
menyimpang dari target.
Proses
pengendalian berjalan dirancang untuk membantu memantau aktivitas yang sedang
berjalan dari satu unit usaha dan setiap pusat tanggung jawab. Prosedur
pengendalian menurut Welsch dalam bukunya ”Anggaran
Perusahaan” adalah :
”1. Membandingkan kinerja aktual untuk periode
yang bersangkutan dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Menyiapkan laporan kinerja yang berisi aktual,
hasil yang direncanakan dan selisih dari kedua angka tersebut.
3. Menganalisis penyimpangan antara hasil aktual
dengan hasil yang direncanakan dan selisih dari kedua angka tersebut.
4. Mencari dan mengembangkan tindakan alternatif
untuk mengatasi masalah dan belajar dari pengalaman pihak lain yang telah
sukses di suatu bidang tertentu.
5. Memilih (tindakan koreksi) dari kumpulan
alternatif yang ada dan menerapkan tindakan tersebut.
6. Tindak lanjut atas pengendalian untuk menilai
efektivitas dari tindakan koreksi yang diterapkan. Lanjutkan dengan umpan maju
umtuk membuat perencanaan periode berikutnya.”
(2000 : 14)
2.5.4 Pengendalian Penjualan
Aktivitas penjualan sangat erat hubungannya dengan
tujuan perusahaan, sehingga menjadi pusat perhatian yang utama karena dengan
adanya aktivitas penjualan ini diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang
semaksimal mungkin dan berkesinambungan serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidup masa yang akan datang. Oleh karena itu pimpinan perusahaan
harus melaksanakan pengendalian secara konsisten terhadap semua aktivitas
operasional perusahaan dalam hal ini menyangkut penjualan.
Pengendalian penjualan dapat
dilakukan dengan adanya laporan aktivitas penjualan yang dibandingkan dengan
anggaran penjualan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya selisih.
Pengendalian
penjualan meliputi analisis, penelaahan dan penelitian yang diharuskan terhadap
kebijaksanaan, prosedur, metode dan pelaksanaan yang sesungguhnya untuk
mencapai hasil pengembalian yang diharapkan investasi.
Laba
bersih yang optimum akan dapat direalisasi hanya apabila terdapat hubungan yang
wajar diantara keempat faktor ini yaitu :
1. Investasi dalam modal kerja dan
fasilitas-fasilitas
2. Volume penjualan
3. Biaya operasi
4. Laba kotor
Teknik-teknik analisis untuk
meningkatkan volume penjualan yaitu :
1. Analisis dan pelaksanaan penjualan masa
lalu, dalam hubungannya dengan harga dan volume untuk menyelidiki dengan seksama
segi kelemahan dari anggaran penjualan dan melaporkannya.
2. Memberi bantuan kepada pimpinan penjualan
untuk menentukan anggaran penjualan secara menyeluruh yang cocok dan melaporkan
ketaatan pelaksanaannya sesuai dengan rencana.
3. Memberi bantuan kepada pimpinan penjualan
dalam menyususn standar penjualan.
4. Pembuatan analisis biaya yang wajar dan
analisis investasi untuk digunakan dalam menentukan harga jual.
Adapun tujuan dari
pengendalian penjualan diantaranya sebagai berikut :
1. Target penjualan dengan kualitas yang
dikehendaki.
2. Penerapan kebijaksanaan metode dan
prosedur yang mendukung target penjualan.
3. Efisiensi biaya penjualan dalam mencapai
volume penjualan.
4. Pencapaian hasil pengembalian.
2.6 Hubungan Anggaran Penjualan Dengan Efektivitas
Pengendalian Penjualan
Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa anggaran penjualan memiliki manfaat sebagai alat pengendalian. Manfaat
dari anggaran penjualan adalah sebagai alat pengendalian penjualan sehingga
bila terdapat selisih antara penjualan yang dianggarkan dengan penjualan
sebenarnya dapat segera diketahui oleh manajemen, dan manajemen akan mengambil
tindakan yang diperlukan dan menganalisisnya sehingga penjualan yang diharapkan
dapat tercapai.
Masalah penjualan merupakan
masalah yang komplek dan dinamis. Dikatakan dinamis karena situasi dan kondisi
yang selalu berubah-ubah sehingga selalu terdapat masalah yang baru dan
berbeda. Masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan penjualan yaitu masalah
produk, penetapan harga, distribusi, metode penjualan, organisasi, perencanaan
dan pengendalian, dimana setiap perusahaan tidak dapat menghindarinya. Oleh
karena itu diperlukan alat pengendalian penjualan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Pengendalian penjualan dapat
mengungkap adanya penyimpangan melalui analisis dan penelitian. Penyimpangan
yang terjadi harus dikoreksi manajemen agar volume penjualan yang diharapkan
perusahaan dapat tercapai. Anggaran adalah salah satu alat bantu manajemen
untuk dapat melaksanakan fungsi pengendalian penjualan agar penjualan berjalan
lancar serta meminimalkan terjadinya penyimpangan.
Apabila penyimpangan dapat
diminimalkan berarti perusahaan dapat mencapai penjualan optimal dengan
membandingkan anggaran penjualan dan aktualnya, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran
penjualan bisa dipakai. Pada umumnya perusahaan saat ini menghadapi kesulitan
di bidang pemasaran, maka akan lebih baik apabila penyusunan anggaran penjualan
disusun paling dahulu karena secara umum anggaran penjualan mempunyai kegunaan
pokok yaitu sebagai pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja, alat pengawasan
kerja untuk membantu manajer dalam memimpin jalannya perusahaan. Sedangkan
secara khusus anggaran penjualanberguna sebagai dasar penyusunan anggaran yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Berarti operasi perusahaan telah berjalan
dengan baik, maka anggaran penjualan dapat mendukung efektivitas pengendalian
penjualan.
Hubungan anggaran penjualan
terhadap efektivitas pengendalian penjualan menurut Ellen Cristina dalam
bukunya ”Anggaran Perusahaan” menyatakan
bahwa
”Anggaran merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian kegiatan
operasi perusahaan.”
(2002 :1))
0 komentar:
Posting Komentar
Perhatian!
Dilarang memberikan komentar SPAM, komentarlah yang postiv dan sesuai berita yang anda baca saat ini
Terima Kasih